Pembaca boleh sepakat ataupun menolak. Memang masih banyak album metal keren di luar sana yang tidak kebagian tempat pada list ini. Tapi khazanah musik metal di tahun 2010 rasanya kurang memanas tanpa kehadiran tiga belas album yang sudah terpilih ini. Oya, List ini bukan ranking, tapi disusun berdasarkan urutan abjad. Selamat mengapresiasi, salam metal di udara!…
[1]. ACCEPT
Blood of The Nations
Apa yang bisa diharapkan dari sebuah album comeback setelah 14 tahun tidak ada rilisan apapun? Accept tanpa seorang Udo Dirkschneider? Ugh, sudah tentu sukar dipercaya. Namun Blood of The Nations sanggup menampar segala sikap pesimis dan rasa khawatir. Band gaek asal Jerman ini justru mengajarkan bagaimana memainkan musik heavy metal yang sebenarnya – terutama pada band-band belia masa kini yang gayanya seperti sudah puluhan tahun ‘menggauli’ dunia metal. Blood of The Nation menyuguhkan dasar-dasar komposisi musik heavy metal kuno yang telah disempurnakan. Simak pembaruan pada sektor sound, hasil dari kemajuan proses mixing dan mastering rekaman dekade ini. Track paling kuat ada di lagu “Teutonic Terror” yang agresif dan menghentak. Simak juga vokal latarnya yang renyah dan memorable. Itu keunikan khas dari Accept. Lagu-lagu lainnya juga sukses membuat musik heavy metal 80-an yang tradisional mulai terdengar eksotik untuk jaman sekarang. Vokalis Mark Tornillo telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Accept layaknya mesin diesel yang sudah lama dipanaskan dan tinggal menunggu waktu untuk meledak kembali. Mereka menyerang dan mengejutkan, seperti gaya permainan agresif timnas Jerman di Piala Dunia 2010 silam. Tidak hanya masuk di jajaran terbaik, album ini juga berpotensi menjadi klasik.
[2]. EXODUS
Exhibit B ; The Human Condition
Akhir September silam, Exodus tampil di hadapan penggemarnya di Jakarta. Moshpit pecah. Bocah-bocah tua dan muda berpesta. Liar dan tak terkendali. Spirit itu juga yang terpancar dalam album ini. Ragam komposisi mulai dari thrash yang tendesius macam The Ballad of Leonard and Cohen, hingga nomor-nomor yang solid seperti “Hammer and Life” atau “Good Riddance”. Semuanya digeber dalam pola musik yang keras dan bertenaga. Itu jelas menyenangkan bagi fans-nya. Thrash metal tetap melaju dan bisa jaya kembali. Seorang kawan menggambarkan Exodus sebagai warga Bay Area yang paling bersemangat dalam mengibarkan bendera suci thrash metal sejak era 90-an. Dia tampaknya benar. Memang selama ini hubungan Exodus dan thrash metal adalah soal loyalitas. Tidak pernah sekali pun mengendur. Setia meski tetap berada di posisi yang underated. Cult.
[3]. FEAR FACTORY
Mechanize
Sebenarnya Mechanize digarap melalui jalur yang nekat, terjal dan rahasia. Hasilnya bagus, tapi juga menuai konflik dan sengketa. Ceritanya, Burton C Bell yang mengajak gitaris lama Dino Cazarez untuk gabung kembali. Ditambah pula dengan kehadiran Byron Stroud [bass] dan Gene Hoglan [drum]. Ironisnya, Raymond Herrera [drum] dan Christian Olde Wolbers [bass] tidak diajak serta dalam menggarap Mechanize. Sontak mereka geram dan konon menyeret sengketa penggunaan nama band ini ke ranah hukum. Lepas dari segala konflik dan sengketa yang ada, Mechanize merupakan album yang istimewa. “IndustrialDiscipline” mengembalikan kejayaan riff-riff sangar tanpa melodi. Nomor singkat “Powershifter” memunculkan drumming mekanik bernuansa tribal. Fear Factory tampaknya masih setia di tema humanis kontra mekanis. Setelah beberapa album yang melemah, akhirnya riff khas dan agresifitas mekanik Fear Factory meruang kembali. Ini adalah karya rekaman Fear Factory yang paling tegas semenjak Digimortal [2001]. They are back to the business!…
[4]. HAIL OF BULLETS
On Divine Winds
Begitu dahsyatnya album ini sampai-sampai ada seorang kawan yang histeris dan menulis pada status jejaring sosial-nya, “Dokumenter perang pasifik dengan host Mr. Van Drunen. Kamikaze!” Hail of Bullets dimotori oleh Martin Van Drunen [Pestilence, Bolt Thrower, Asphyx] dan Ed Warby [Gorefest]. Seperti sebelumnya, supergroup metal ini mengangkat tema tentang peperangan. Di album ini mereka banyak mengulas bab-bab penting seputar perang dunia kedua dan perang pasifik. Musically, On Divine Winds adalah death metal ala Belanda yang selalu terdengar berbeda dibanding corak Swedia atau Jerman, misalnya. Hail of Bullets cenderung lebih tegas dan sporadis, bersenjatakan riff gitar yang kasar dan tidak terlalu sadar-melodi. Karakter vokal growl Martin Van Drunen menggumpal padat dan terus menyalak. Sejumlah track penting di album ini di antaranya ; “Kamikaze”, “Full Scale War”, dan “To Bear The Unbearable”. Hail of Bullets memasok sejumlah amunisi dahsyat bagi kalangan fans death metal. Mereka memang tidak berusaha untuk menghibur, mereka seperti siap berperang. Selamat datang di tengah arena pertempuran. Bagi sebagian kawan, On Divine Winds pantas jadi alternatifsoundtrack film Band of Brothers!…
[5]. HIGH ON FIRE
Snakes For The Divine
Ini memang bukan album terkeras High On Fire, tetapi Snakes For The Divinemungkin adalah karya terkuat yang pernah dirilis oleh Matt Pike dkk. Sludge rock dan stoner metal memang tidak pernah secakap ini sejak ada banyak band dan album yang mulai menawarkan musik sejenis. Trio asal Oakland [US] ini dikenal mengusung tema-tema ganjil berbau mitologi pada lagu-lagu mereka. Track demi track dijalani dengan ragam tempo. Ada yang mengalun lambat seperti “How Dark We Pray”, sampai pada nomor keras macam “Fire, Flood and Plague”. Lagu berjudul “Bastard Samurai” seakan menabrakkan riff khas Black Sabbath dengan konsepwall of noise yang indah. Uniknya, album bertempo berat nan lambat ini masih terdengar cukup catchy di beberapa bagian. Snakes For The Divine diproduseri Greg Fidelman, figure penting di balik proses album Death Magnetic [Metallica] dan World Painted Blood [Slayer]. Album ini bisa mengantarkan High On Fire ke tempat yang tinggi dan terus membakar.
[6]. INTRONAUT
Valley of Smoke
Musik metal pun bisa meleleh dan membaur ke sudut-sudut nada tertentu. Itu terjadi jika sekumpulan musisi metal mau bersikap lebih tenang, serta mulai memberi ruang bagi tiap-tiap instrumen untuk menunjukkan kebolehannya. Intronaut melakukan hal tersebut di album terakhirnya, Valley of Smoke. Tiap perangkat musik seperti mendapatkan porsi maksimalnya masing-masing. Seperti cabikan bass yang dominan di lagu “Elegy”, atau petikan gitar yang menyihir pada “Above” dan “Miasma”. Drummer mereka juga memiliki durasi khusus untuk tampil ‘kesetanan’ di sejumlah lagu. Intronaut seperti Meshuggah yang sedang bersantai di ruang tengah sambil memamerkan tehnik-tehnik post metal yang progresif ala Isis atau Pelican. Memang, memainkan musik metal metal tidak musti bareng atau berebutan. Jika dilakukan secara bergantian dalam porsi yang pas tentu hasilnya akan jauh lebih indah. Valley of Smoke sudah membuktikan hal itu, dan Intronaut pantas mendapatkan apresiasi yang lebih.
[7]. IRON MAIDEN
The Final Frontier
Jika dibandingkan dengan album-album klasiknya, mungkin daya letup musik Iron Maiden saat ini mulai berkurang. Tapi hal itu tidak mengurangi kualitas Bruce Dickinson dkk dalam berkarya. Durasi lagu yang panjang dan komposisi progresif menunjukkan kalau mereka sudah rindu pada gaya bermain seperti di albumPowerslave atau Seventh Son of The Seventh Son. Mereka seperti menyesuaikan dengan usia, tenaga dan kualitas skill bermusiknya. Tidak terlalu memaksakan. Di level Iron Maiden, yang namanya hits, chart, dan airplay radio sudah menjadi tidak penting serta tidak dipikirkan lagi. Simak “Mother of Mercy” yang harmonis dan mampu merangsang sing-along di arena pertunjukan. “Coming Homi” yang bercorak balada yang tenang dan megah. Anak-anak muda, berbahagialah karena masih ada teror pada lagu “El Dorado” dan “The Alchemist”. The Final Frontiermenjadi penting, karena ini adalah album mereka yang paling bijak dan cukup tahu diri. Fans lama Iron Maiden sudah pasti akan tetap loyal dan tidak pernah menggerutu. Ketika Bruce Dickinson bersabda dan semua intrumen Maiden berbunyi, saat itu pula dunia akan berhenti berputar sejenak. Up The Irons!
[8]. KVELERTAK
Kvelertak
Ini adalah band baru dengan debut album yang fantastik. Kvelertak mengawinkan musik Darkthrone, Metallica, MC5, dan Motorhead ke dalam satu panci yang mendidih. Anak-anak muda asal Norwegia ini bermain agresif, bising, sekaligus seksi. Harus diakui, mereka sangat pintar meramu lagu. Sederhana tapi tetap menendang. Semua liriknya ditulis dalam bahasa Norway, dan kurang ajarnya, sangat mampu untuk mengundang koor masal. Bahkan lagu-lagu seperti “Fossegrim”, “Nekroskop”, atau “Ordsmedar Av Rang” cukup layak untuk dimainkan dalam sesi party yang urakan di klub-klub musik lokal. Kvelertak diramalkan bakal jadi idola baru, baik bagi kalangan metalhead yang ortodoks maupun bagi kaum hipster yang suka berganti-ganti gadget. Kvelertak is also the best rookie of the year!…
[9]. KYLESA
Spiral Shadow
Dibandingkan dengan Static Tension di tahun 2009, Kylesa sudah jauh berkembang di album terakhirnya ini. Mereka sudah berani memainkan nada-nada yang progresif dalam variasi tempo yang beragam. Mulai dari “Tired Climb” yang berisik, “Drop Out” yang eksperimental, sampai pada “Don’t Look Back” yang mencuri irama alt-rock. Karya seni yang avant garde bukan berarti musti aneh, rumit, dan absurd. Kylesa bisa keluar dari zona nyaman tanpa harus menyeberang menuju irama-irama ganjil di telinga. Musik mereka masih catchy dan relative bisa dicerna. Spiral Shadow adalah gambaran masa depan musik metal yang paling sederhana. Bahkan dengan album ini, Kylesa bisa dikatakan sudah mencapai level Zen di ranah musik metal modern. Masterpiece.
[10]. MELVINS
The Bride Screamed Murder
Melvins adalah satu nama cult yang selalu disegani di hampir semua lingkup scenemusic. Sebut saja mulai dari punk rock, grunge, doom, stoner, sludge, hardcorehingga metal. Tak kurang dari Kurt Cobain, Mike Patton, Mark Barney Greenway, hingga Matt Pike juga pernah mengaku sangat menggemari band asal Aberdeen [US] ini. The Bride Screamed Murder diisi oleh sound yang raw, bebunyian tribal ala Indian, serta suara-suara ganjil. “The Water Glass” seperti paket perkusi dan koor masal suporter pertandingan olahraga. “Evil New War God” adalah track yang paling ramai dan mengesankan. Pete Townsend mungkin bisa shock mendengar lagu The Who, “My Generation”, digubah dalam versi sludge/doom berdurasi hampir 8 menit. Melvins di bawah komando King Buzzo tetep sinting dan anarkis. The Bride Screamed Murder bisa menjadi gospel akan kegilaan dunia abad ini. Superb!…
[11]. MOTORHEAD
The World Is Yours
Lemmy and co. adalah motivator ulung rock/metal di bawah brand legendaris Motorhead. Album ini masih menegaskan reputasi mereka yang cult dalam budaya musik keras, jaket kulit, dan motor besar. “I Know How To Die” dan “Waiting For The Snake” adalah anthem rock yang simpel dan kuat. Pondasi metal dibentuk sekilas pada “Brotherhood of Man” dan “Outlaw”. Secara umum, Motorhead tetap memainkan musik rock yang khas dan masih belum bisa ditiru oleh band lainnya. Vokal serak yang berat, riff beraroma bluesy, serta tempo drum kaliber menegah. Jika disambut positif, The World Is Yours bisa memperpanjang daftar rekaman klasik mereka. No bullshit, beers, and rock n’ roll!
[12]. SHINING
Blackjazz
Hanya orang-orang Norwegia sinting yang nekat mempertemukan black metal dengan free jazz ke dalam satu cawan. Media pun mengutuknya dengan bermacam label ‘avant garde’ dan ‘eksperimenAtal’. Blackjazz adalah album mereka berisi sembilan lagu yang dirilis pada awal tahun lalu. “Fish Eye” dan “Blackjazz Deathtrance” dikemas sensual dengan kebisingan metal dan liukan jazz di sana-sini. Shining juga mengajak serta Grutle Kjellson [Enslaved] dalam lagu gubahan“21st Century Schizoid Man” milik King Crimson yang legendaris. Shining bisa dibayangkan seperti Frank Zappa dengan Varg Vikernes yang menyamar menjadi band reguler di sebuah klub jazz kecil di pinggiran kota Oslo. Mereka juga dibekali dengan skill dan jiwa seni yang mumpuni. Blackjazz merupakan album yang paling unik di tahun 2010. Coba tunjukkan album ini kepada mereka yang masih bernyanyi, “Daripada musik metal lebih baik musik jazz…”
[13]. THE DILLINGER ESCAPE PLAN
Option Paralysis
Coba setel album ini, ambil kalkulator, dan selamat berhitung. Begitu mungkin pesan The Dillinger Escape Plan [TDEP] setelah merilis karya rekaman ini di bawah label sendiri, Party Smasher Inc. Bagaimana tidak, sejak lagu pertama “Mona” sudah banyak part-part ganjil berkecepatan tinggi dan sangat matematis. Begitu juga dengan “Gold” atau “Eyes”. Beberapa layer musik yang kalem dan vokal bernyanyi disisipkan untuk sekedar menarik nafas baru. Seperti misalnya “Piano” yang bisa disebut sebagai sampel musik balada khas TDEP. Di antara banyak rilisan bergenre mathcore yang setipe tahun ini, rasanya cuma Option Paralysis yang keren dan layak diperhitungkan. Band lainnya masih sibuk ‘memakai’ berbagai alat hitung dibanding memainkan instrumen musiknya. Sementara Greg Puciato dkk sudah melompat ke tahap baru, mereka bisa berhitung sekaligus menggambar dalam waktu yang bersamaan. Do the art for the math’s sake!
METALLIZED 2.0; NOTED, NOMINATED AND UNDERRATED
Scene metal di tahun 2010 juga cukup minor dan menyeramkan. Berikut ini ada sejumlah rilisan yang sempat jadi kandidat Album Metal Terbaik 2010. Karya-karya musik yang lebih underrated, tetapi juga keren dan layak diperhitungkan ;
DEATH BREATH “Heavy Breathing”, EAST OF THE WALL “Ressentiment”, HOWL “Full of Hell”, IHSAHN “After”, KAYO DOT “Coyote”, NACHTMYSTIUM “Addicts ; Black Meddle Part II”, ORPHANED LAND “The Never Ending Way of ORwarriOR”, SHRINEBUILDER “Shrinebuilder”, UNEARTHLY TRANCE “V”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar